Selasa, 07 Desember 2010

Ancol Is Miscellaneous Indonesia

ANCOL IS

MISCELLANEOUS INDONESIA

Oleh : Catur Caesaria



Berbicara tentang nasionalisme, tentu bisa sangat panjang dan menyangkut
banyak aspek. Nasionalisme atau kebangsaan dahulu lebih sarat dengan muatan politis
seperti identitas diri kebangsaan. Namun, seiring perkembangan masa, pemahaman
nasionalisme pun mengalami perluasan makna. Yang populer pada konteks kekinian
adalah lebih mengarah pada tema sosial, ekonomi, seni budaya, hukum seperti peran
atau kontribusi positif atau prestasi yang berimplikasi pada situasi kondisi yang lebih
baik dari sebelumnya pada suatu negara atau yang menyangkut kebangsaan.

Jika nasionalisme populer dikaitkan dengan pariwisata, tak bisa dilepaskan dari
perannya yang cukup signifikan dalam menyumbang devisa negara selain pemasukan
dari sektor migas, energi dan mineral yang notabene adalah hasil bumi yang terbatas
jumlahnya. Sektor pariwisata yang berkembang progresif kini tak hanya berkutat pada
keindahan alam semata, namun banyak mengalami pergeseran tren. Jika dahulu kita
cuma mengenal wisata keindahan alam, kota, budaya/tradisi atau situs-situs sejarah kini
muncul seperti wisata ibadah, wisata kuliner, wisata belanja bahkan wisata medis yang
semuanya merupakan hasil kreasi dan inovasi para pelaku dunia wisata yang jeli
mencium fenomena bisnis yang belum tereksplor. Indonesia yang kaya akan hasil bumi,
keindahan alam beserta situs sejarah, ternyata juga tak ingin ketinggalan dengan negara
lain dalam membangun fasilitas-fasilitas wisata modern seperti Taman Impian Jaya
Ancol. Taman Wisata kebanggaan Indonesia memiliki konsep ke depan sebagai sentra
wisata khas Asia Pasifik yang penuh dengan kekhasan Indonesia. Dengan angka
kunjungan wisatawan pada 2009 yang mencapai 14,1 juta pengunjung (sumber:
www.ancol.com), Taman Impian Jaya Ancol cukup prospektif untuk mencapai predikat
salah satu tempat wisata favorit di Indonesia dan sangat mungkin akan masuk jajaran
atas sebagai destinasi wisata modern favorit internasional. Tinggal kita sebagai warga
negara Indonesia yang terus mengubah mind set untuk lebih mengutamakan
mengunjungi dan mengeksplorasi seluruh pelosok negeri ini daripada harus
menyumbang devisa bagi negara lain dengan berwisata ke luar negeri. Rasa bangga
kepada negeri sendiri harus terus dikampanyekan kepada seluruh elemen bangsa,
sebagaimana gencarnya kampanye “Visit Indonesia” di manca negara. Inilah salah satu
nasionalisme yang sebenarnya. Dengan berkunjung ke Ancol, bisa menjadi pintu
gerbang menggugah nasionalisme di bidang pariwisata.

Taman Impian Jaya Ancol sebagai wahana wisata modern menggeliat sebagai
salah satu kekuatan wisata modern di Asia Pasifik. Ancol yang mengalami “peak
performance” dengan mendulang kunjungan tertinggi ramai dikunjungi wisatawan,


khususnya domestik, pada musim liburan sekolah, liburan hari raya atau liburan tahun
baru, terus mencoba merebut hati wisatawan domestik untuk lebih mengenal negeri
sendiri melalui berbagai promosi dan publikasi termasuk di televisi. Sebagai wahana
wisata yang diperuntukkan segala segmentasi, segala umur dan segala golongan, Ancol
terus berbenah menjadi salah satu ikon bangsa. Wahana yang dengan aspek lengkap
seperti entertain, edukasi dan berwawasan lingkungan tentu sangat unik dan kompetitif
jika disandingkan macam Disneyland atau Universal Studio yang pesifik. Beragam
wahana yang disajikan Taman Impian Jaya Ancol seperti Dunia Fantasi, Gelanggang
Samudra Atlantis, Sea World, Pasar Seni begitu melekat di hati masyarakat. Belum ke
Jakarta jika belum ke Ancol. Kelak dengan manuver semua pihak bisa terpatri Ancol is
Indonesia.

Terdapat benang merah antara tujuan wisata yang dipilih dengan rasa
kebanggaan pada negara sendiri. Nasionalisme identik dengan cinta tanah air dan
bangga menjadi putra bangsa. Tidak sedikit orang Indonesia yang memilih untuk
mengisi liburan dengan berwisata ke luar negeri seperti Singapura, Thailand, Malaysia,
China atau sejumlah negara di kawasan Eropa. Tidak salah memang untuk mengenal
negara lain, namun akan lebih ideal jika sebagai putra bangsa seharusnya lebih
mengenal negeri sendiri yang sudah sangat tersohor karena keindahan dan keeksotisan
alamnya hingga begitu memikat wisatawan manca negara. Belum lagi daerah-daerah
yang eksotis yang belum “terjamah” dan “liar” yang tak terhitung jumlahnya yang
terbentang dari Sabang hingga Merauke. Berwisata tidak selesai sampai berkunjung di
suatu tempat lalu bersenang-senang begitu saja. Lebih dari sekadar itu. Ada aspek
ekonomi seperti pemasukan devisa dan ada pula aspek nasionalisme. Setiap kunjungan
wisatawan manca negara maupun domestik, selalu menyumbang devisa bagi negara
yang sangat bermanfaat untuk pembangunan. Begitu juga jika wisatawan kita ke luar
negeri, yang berarti berkontribusi devisa bagi negara tujuan. Negara kita yang menjadi
salah satu destinasi wisata internasional, seperti Bali yang sudah mendunia, Bunaken
dan yang lain dan tentu saja telah menyumbang devisa cukup signifikan, tentunya
sangat menggelitik jika kita lebih tertarik untuk berwisata ke luar negeri. Negeri kita
yang demikian luasnya, teramat banyak tempat indah dan menarik untuk dieksplor dan
sudah tentu kita menyumbang devisa untuk negeri kita sendiri. Setelah kita cukup
mengenal negeri sendiri, niscaya tumbuh rasa kebanggaan pada alam sendiri dan
pengakuan bahwa potensi alam kita tidak kalah dengan luar negeri.

Manajemen Taman Impian Jaya Ancol harus mampu memanfaatkan posisi
Jakarta sebagai ibu kota yang Jakarta Sentris. Jakarta yang “serba ada” bisa dijadikan
sebagai jendela untuk menjelajah lebih jauh Indonesia yang beraneka ragam melalui
Taman Impian Jaya Ancol. Tingginya angka kunjungan wisatawan, khususnya domestik
ke Ancol cukup membanggakan, namun jangan hanya puas sampai di situ saja.
Mengingat misi yang dicanangkan, bahwa Ancol akan menjadi sentra wisata modern di
ranah Asia Pasifik, masih banyak manuver yang harus dilakukan. Salah satunya adalah ,
Ancol harus dikreasi sebagai representasi atau pintu gerbang beraneka ragamnya


Indonesia, yang tentu saja tanpa meninggalkan modernitasnya. Jika saat ini kita
perhatikan, yang lebih menonjol adalah aspek universalitas turisme itu sendiri. Sentuhan
etnitas, tribalisme atau nasionalisme masih kurang menggigit. Landmark-nya sebagai
Indonesia masih belum mencuat. Harusnya Taman Impian Jaya Ancol adalah format
futuristik dari Taman Mini Indonesia Indah plus multi entertain. Misal arsitektur
bangunan-bangunan di Dufan, Gelanggang Samudra Atlantis, kolam renang, Sea World
dengan dikemas arsitektur style Majapahit atau Mataram tentu akan lebih eksotis.
Layaknya bangunan-bangunan berinterior modern dengan casing kuno di Eropa dan ini
jauh lebih menarik. Identitas yang nasionalis seperti inilah yang harus dikemas oleh
Taman Impian Jaya Ancol. Turis manca negara tentu tidak ke Indonesia untuk
menikmati sesuatu yang sudah ada di kampung halamannya atau sesuatu yang meniru-
niru sesuatu di negaranya. Mereka mencari nilai-nilai ketulenan dari Indonesia. Ini
harus digapai jika memang Taman Impian Jaya Ancol serius untuk go international.

Sejak reformasi 1998, gelombang cobaan berat menghantam Indonesia di
berbagi dimensi. Krisis ekonomi yang belum usai, korupsi, konflik horizontal,
keamanan yang tidak kondusif, gejala disintegrasi, minimnya prestasi di berbagai
bidang di dunia internasional turut mempengaruhi nyali orang Indonesia untuk berani
bilang “I am Indonesian”. Tidak sedikit orang-orang Indonesia tampil minder dan malu
mengaku sebagai orang Indonesia karena meratanya nilai merah Indonesia di rapor
internasional. Satu contoh, survey LSI di Aceh tahun 2005 yang menunjukkan cuma
45% yang mengaku cinta RI dan cuma 33% yang bersedia berperang untuk RI
(sumber:www.setneg.go.id). Satu jalan harus diperbuat untuk mengangkat nasionalisme
yang mengkerut melalui dunia pariwisata, khususnya Ancol. Spirit Bung Karno yang
dulu menggelorakan nasionalisme pemuda Indonesia dengan konsep national character
building harus diretas melaui Ancol sebagai lokomotif bagi sektor lain. Adalah
kebanggaan Indonesia jika Taman Impian Jaya Ancol sangat familiar di dunia
pariwisata internasional.

Dari sejumlah survey beberapa lembaga di bidang pariwisata,mendudukkan
Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata favorit internasional. Beberapa aspek yang
disukai wisatawan seperti alam yang indah, budaya yang beragam, makanan yang lezat
dan biaya yang murah. Ancol harus masuk dalam agenda utama setiap pelaku usaha
pariwisata dalam promosinya. Dengan keberagaman wahananya, Ancol diharapkan
sebagai representasi Indonesia melalui kekhasannya. Dengan kampanye terus menerus
untuk Visit Indonesia, bisa dimulai dari Ancol. Lengkapnya aspek wahana, dengan
berwisata di Ancol kita bisa mendapatkan keuntungan berlipat, terhibur, bertambahnya
wawasan dan tentu saja menambah devisa bagi negeri sendiri yang merupakan salah
satu wujud merekonstruksi nasionalisme modern. Dengan berkunjung ke Taman Impian
Jaya Ancol turut mengatrol kebanggaan dan nasionalisme yang sempat terkubur oleh
krisis multi dimensi

1 komentar:

belonomi mengatakan...

artikel yang bagus, tapi blognya kok dikit gan postingannya? ditunggu update selanjutnya gan. thanks