Rabu, 27 Mei 2009

Mengenali Isyarat dari seorang Interviewer pada Job Interview



Anda sedang menjalani proses interview untuk sebuah/beberapa pekerjaan yang di idamkan? Apakah Anda sedang berdebar-debar menduga-duga akan bagaimana kans anda lolos ke babak berikutnya/diterima kerja ?(tergantung ada berapa tahap proses seleksi di tiap-tiap perusahaan). Kenali beberapa tanda umum positif yang bisa memberi gambaran pada anda tentang peluang bergabung di tempat yang anda lamar sbb :
  1. Komunikasi antara interviewer dengan Anda lancar dan tidak terdapat "miss"
  2. Durasi interview cukup, bahkan cukup lama (misal lebih dari 1 jam)
  3. Tubuh interviewer sering condong ke depan dan ekspresi wajahnya menunjukkan ketertarikan pada apa yang anda paparkan (misal, tersenyum, tapi bukan sinis atau nampak serius)
  4. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan makin lama makin berbobot. artinya, anda telah lolos dari hadangan pertanyaan-pertanyaan awal
  5. Interviewer akan bertanya tentang siapa dan bagaimana anda dalam keseharian (ini jangan dianggap remeh, karena ada korelasi dengan job desk, bobot pekerjaan dan resiko jabatan)
  6. Dan lain-lain

Terus apakah jika anda menemui kondisi di atas, anda pasti diterima bekerja ?Belum tentu, karena masih harus diketahui apakah itu interview tahap akhir atau tahap awal. Jika masih tahap awal, berarti peluang anda masih cukup besar untuk maju ke babak berikutnya. Bisa jadi kandidat lain juga menemui kondisi yang sama dengan anda. Jika itu interview tahap akhir, bisa jadi (selain ada kandidat lain yang tentunya jumlahnya lebih sedikit), akan segera menerima kabar baik yaitu ,"Selamat bergabung dengan kami.."

Bagaimana mengenali interviewer yang tidak merespons positif performance kita sewaktu job interview? berikut ini ciri-cirinya (ini tidak berlaku bagi walk in interview yang biasanya diikuti banyak calon) :

  1. Setelah beberapa pertanyaan awal, ekspresi wajahnya berubah "masam" seperti jidat mengkerut, mata memicing seraya melihat file anda, bibir cemberut atau semacamnya sebagai tanda kecewa (atau kadang-kadang dia tidak menatap anda)
  2. Tubuhnya direbahkan ke kursi seperti orang malas, jari jemarinya dimain-mainkan atau dikrtuk-ketukkan di meja, atau kakinya dimain-mainkan dengan mengetuk-ketuk lantai tanda dia bosan dan segera mengakhiri interview
  3. Durasi interview sangat singkat (pernah terjadi kurang dari 10 menit). dari jawaban-jawaban awal anda terhadap pertanyaan yang diajukan, interview merasa kecewa dan tidak ingin melanjutkan dengan pertanyaan berikutnya. Biasanya dia akan berkata dengan kalimat formal "Ya, kami akan membandingkan dengan kandidat lain..."

Bagaimana jika anda menemui kondisi di atas ?Kecewa, boleh saja asal jangan lama-lama. Segera mencari kesempatan di tempat lain yang bisa jadi lebih cocok dengan anda dan lebih baik. Belum tentu anda ditolak oleh perusahaan A, anda ditolak juga di perusahaan B. Tetaplah optimis selama anda merasa punya integritas pribadi dan skill yang bisa anda "jual". Jangan lupa tetaplah belajar akan wawasan dan ilmu baru dan persiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi job interview berikutnya. Juga jangan terlalu pilih-pilih posisi pekerjaan/jabatan. Satu lagi, jangan grogi ya...Bagaimana pendapat anda ?



Senin, 18 Mei 2009

Melamar Kerja Tanpa Surat Pengalaman Kerja ?Don't Worry

Melamar kerja tanpa surat pengalaman kerja ? Mana bisa? Tentu saja yang dimaksud di sini adalah bagi yang benar-benar pernah bekerja di suatu perusahaan dan hendak berganti pekerjaan baru. Sebenarnya cukup banyak di antara kita yang gonta-ganti pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan lain dan satu atau dua di antaranya kita tak mengantongi surat pengalaman kerja dari perusahaan. Mengapa ? Ada beberapa sebab. Bisa jadi anda ketika masih bekerja di perusahaan tersebut, anda telah melakukan pelanggaran peraturan/indisipliner atau kesalahan yang fatal, sehingga perusahaan merasa tidak perlu menerbitkan surat pengalaman kerja buat anda (meski anda bekerja di situ cukup lama, misalnya). Atau anda tipe kutu loncat, yang gampang bosan pada satu tempat kerja tertentu dalam rentang waktu yang cukup singkat, misalnya kurang dari satu tahun sudah mengundurkan diri dan mencari tempat kerja lain, hingga membuat boss anda malas membekali surat pengalaman kerja. Atau bisa juga, karena kebijakan perusahaan yang memang menggariskan begitu untuk kategori tertentu. Beberapa perusahaan memiliki peraturan, bahwa karyawan yang memiliki masa kerja kurang dari 2 tahun dan kemudian keluar (baik mengundurkan diri maupun di PHK) tidak akan mendapat surat pengalaman kerja. Bagaimana lamaran kerja tanpa surat pengalaman kerja bisa direspons positif oleh calon majikan baru ? Don't worry, tak usah terlalu pusing. Memang, surat lamaran kerja tanpa surat pengalaman kerja bisa meragukan calon majikan, apakah anda benar-benar memiliki pengalaman kerja di perusahaan seperti yang dibutuhkan. Yang perlu diingat bahwa dalam surat lamaran bukan hanya berisi surat pengalaman kerja, tetapi juga ada keterampilan/skill atau keahlian yang bisa anda "jual". Di sini penyeimbangnya. Kalau anda mencantumkan pengalaman kerja di perusahaan A misalnya (tanpa surat pengalaman kerja), cantumkan saja alamat dan nomor telepon perusahaan terdahulu. Kalau perlu tambahkan juga nama referensi di perusahaan terdahulu (kalau bisa mantan atasan anda). Meski, tanpa surat pengalaman kerja, calon majikan baru akan berpikir lain dan menganggap anda adalah orang yang siap untuk dikonfirmasi ke perusahaan terdahulu (ingat, merupakan hak calon majikan baru untuk mengkonfirmasi siapa dan bagaimana anda ke mantan majikan anda). Isi saja seperti itu, meskipun anda punya kenangan buruk di perusahaan terdahulu atau anda resign karena konflik dengan mantan atasan. Tak masalah. Berdasarkan pengalaman, justru dengan kesiapan memberikan nomor telepon mantan atasan/perusahaan terlebih dahulu, calon majikan sudah percaya dan tidak akan mengonfirmasi, tetapi ini masih sebagian kecil. Terlebih kalau skill anda istimewa (yang dicantumkan di CV), pasti setidaknya calon majikan akan merespons (belum tentu diterima bekerja). Untuk hal-hal seperti ini kadang berlaku hal-hal yang ekstrem. Misalnya anda melamar kerja di tempat kompetitor perusahaan terdahulu. Apapun latar belakang anda keluar dari perusahaan terdahulu, kadang-kadang tak menjadi persoalan selama jabatan anda pada posisi yang strategis, bersinggungan dengan rahasia dapur perusahaan terdahulu, atau anda seorang salesman handal. Kompetitor kadang tak mempedulikan itu dan akan merespons anda (mungkin menerima anda bekerja) demi tercapainya misi mereka yaitu menyaingi atau lebih ekstrem lagi misalnya "menghancurkan" perusahaan tempat anda dulu bekerja. Jadi, segeralah menulis lamaran kerja meski tak ada surat pengalaman kerja. Bagaimana pendapat anda ?

Minggu, 17 Mei 2009

Bersekolah Tinggi Untuk Jadi Boss


"Rugi kalau bersekolah tinggi ternyata tidak dapat pekerjaan.." atau "Bersekolah tinggi supaya bisa bekerja di perusahaan A atau perusahaan B yang terkenal".Mungkin kita sering dengar ungkapan seperti itu sejak kita kecil sampai kita (mungkin) punya anak sekarang. Berapa kira-kira populasi yang beropini seperti di atas. Tidak ada penelitian yang melakukan dan mungkin jumlahnya di atas rata-rata. Bisa jadi benar, ungkapan-ungkapan di atas. Lihat saja lowongan kerja di harian-harian besar nasional. Untuk posisi-posisi "wah" seperti Supervisor, Manager, Senior Manager, Direktur, CEO dan tetek bengek diperlukan syarat-syarat yang pasti tercantum "lulusan Sarjana/Master atau bahkan overseas graduates preferably". Tapi, pernahkah kita berpikir dengan logika terbalik bahwa bersekolah tinggi untuk menjadi boss/pemilik perusahaan?Kita bergelar sarjana,master,doktor bahkan profesor untuk mendirikan perusahaan yang bisa mempekerjakan banyak orang dan membantu Pemerintah yang tak bisa mengurus pengangguran?Pernahkah kita berpikir, bahwa generasi pertama Perusahaan yang kini besar dan meraksasa juga sarjana, master,doktor atau profesor?Lihat saja sarjana-sarjana kita yang masih di usia "segar" berbaris mengular memadati Job Fair di kota-kota besar berebut pekerjaan. Mereka siap untuk melakoni aktivitas : berangkat pagi berseragam, menggerutu di tengah kemacetan, pulang malam setiap harinya dan setiap bulan menerima gaji seraya mengomel karena dirasa kurang dan yang pasti setiap hari mereka harus mengeluarkan ongkos untuk sehari-hari. Suatu perbandingan yang sama sekali tak sebanding. Income satu bulan sekali dan biaya keluar setiap hari.

Sebenarnya kita bisa jadi boss sesuai porsi kita secara proporsional. Kalau kita punya uang banyak, kita bisa membangun usaha menengah ke atas dengan risk and return yang tinggi. Tapi, kalau kita cuma punya modal menengah ke bawah kita bisa membangun UKM (usaha Kecil menengah). Jangan berpikir bahwa boss, harus selalu boss perusahaan besar macam Unilever atau Philip Morris, atau Microsoft. Jika kita punya modal gurem, kita bisa jadi boss nasi goreng gerobak atau es dawet keliling. Atau boss toko kelontong. Toh, tak sedikit orang-orang yang bergelut di usaha kecil tersebut di atas, sukses menjadi besar. Memiliki puluhan gerobak nasi goreng/es dawet dan punya puluhan karyawan bahkan naik haji lebih dari dua kali. Atau dari toko kelontong kecil menjelma menjadi toko grosir dalam beberapa tahun yang kewalahan meladeni pembeli dan memiliki beberapa armada mobil yang siap mengantar barang-barang pesanan. Dari nasi goreng/es dawet atau toko kelontong mereka bisa menafkahi keluarga, mempekerjakan karyawan, membayar listrik, air bahkan kredit-kredit domestik. Sudah waktunya mind set bahwa bekerja hanya berseragam berangkat pagi dan pulang malam diubah. Memfungsikan rumah pribadi sekaligus toko dan meladeni pembeli yang datang mengalir dari pagi sampai sore juga bekerja. Yang jadi ukuran kita bekerja adalah berkegiatan yang mendatangkan penghasilan sehingga kita bisa menafkahi keluarga dan bisa meningkatkan kualitas hidup. Lagipula dengan bekerja menjadi boss kita lebih bisa beramal shalih. Kok bisa ?Selain bisa menafkahi keluarga, kita juga bisa menolong orang lain (karyawan) sehingga keluarga mereka juga ternafkahi. Kalau saat ini kita masih belum memungkinkan untuk jadi boss (meski boss kecil) karena kondisi, bersabarlah dan tetap berusaha untuk meraihnya. Tak bisa dipungkiri kalau kondisi orang per orang berbeda dan ini perlu waktu. Yang terpenting, anda tetap fokus untuk menjadi boss karena itu adalah motivator utama yang menggerakan akal agar bekerja lebih giat, berpikir lebih cerdas dan cerdik sehingga jalan untuk menjadi boss bisa terpenuhi. Bukankah lebih indah rasanya jika kita menjadi boss meski boss nasi goreng gerobak atau toko kelontong daripada menjadi Senior Manager yang jika membuat kesalahan dikata-katai "goblog, atau maaf bangsat atau anjing" oleh atasan. Jika anda ditanya, apakah pekerjaan anda...saatnya anda bilang.."I am a business man" Bagaimana menurut Anda ?